POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

Puisi Mei '98

Diposting oleh Masakan On 18.54
Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu
DeKalb, June 10, 1999
Senyum anggunmu
tak pernah berubah sejak dulu
Jilbab putihmu
selalu berkelebat rasuki kisi2 kalbu
Wajah beliamu
hembuskan semangat tak pernah mati
gurat2 seorang bidadari
Tapi aku lihat ujung jilbabmu terbakar
Jilbab yang dulu mengukungmu
kini telah membebaskanmu
Layaknya mayoret marching band
engkau pimpin kaummu
melawan kesewenang2an laki-laki
melawan rasa rendah diri
melawan pelecehan martabat dan harga diri
menatap masa depan
enyahkan keraguan
Lantunan ayat sucimu
kini semakin anggun
semakin berisi
penuh hakiki
Jilbabmu semakin bersinar
keindahan sejati terpancar
salam takdzimku untukmu sang ratu
ratu hatiku dan seluruh jiwa bersatu
Viva La Reina de la Gente..................



Agus Suryanto
Kisah Sebuah Hati
(Mei '98)

Ketika sebongkah es membungkus jantung
Sebutir bintang memancarkan sinar
Mengalirkan panas
Mencairkan hati yang sekian lama beku
Menghidupkan jiwa yang sekian lama mati

Nyala bintang semakin terang
Pintu hati tlah dibuka
Ajak bintang menari di angkasa
Awan langitpun terusir
Kilau hati dan bintang kian mempesona

Tibalah kini di ujung pagi
Bintangpun harus pergi
meninggalkan hati
Haruskah hati mati dan membeku lagi .........

0 Response to "Puisi Mei '98"

Posting Komentar

    Blog Archive

    About Me