POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

Melankolis

Diposting oleh Masakan On 18.28

Entah mengapa belakangan hariku menjadi melankolis...

Dalam arti sebenarnya atau bisa juga dikonotasikan dengan 'menangis perlahan, konyol, tak logis' seperti dalam sebuah drama. Ya, drama. Hidupku berputar di balik layar sementara penonton menanti penampilanku yang tak jauh beda dengan karangan-karangan klasik karya orang-orang tua dengan kualitas terlupakan akibat pergeseran selera zaman. Menyedihkan.

Namun aku tak pernah berperan sebagai pribadi lain dalam drama mengenaskan itu. Aku benci drama. Hidupku sendiri sudah merupakan naskah drama menjijikan, mengapa harus ditambah dengan cerita aneh dalam sebuah skema intrik tak nyata seperti itu? Dramatisir. Tak paham pula dengan keadaan hati yang tengah dilanda sepi, padahal dunia ramai, langit teriak, bahkan udara cekikikan dalam helaan nafas.

Maka suaraku redam lagi bersama irama panggilan Tuhan.

"Marilah menuju kemenangan..."

Kunikmati panggilan itu, dan segalanya seolah-olah bergerak ke arah mati.

Ternyata benar, celoteh-celoteh banyak orang yang mengatakan cinta dapat mengubah orang ke bentuk apa saja yang dikira mereka aneh seaneh-anehnya. Seperti diriku yang pada detik ini sampai pada titik ketidakwarasan yang lebih tinggi lagi. Mentok ke langit-langit hampa.

Setelah kalimat sok romantis itu kuteriakkan sejadi-jadinya tanpa menggubris hidup senyap tanah-tanah sekelilingku, aku kembali terdiam. Rapuh bersama banyak pertanyaan yang muncul secara tiba-tiba, lagi.

Kujerembabkan diriku di tengah padang tenang. Belum rebah tubuhku daratan tahu-tahu longsor, membuatku terhenyak, kugapai-gapai sesuatu agar tak masuk ke lubang pertanyaan itu. Sia-sia. Jatuhku berhenti dalam sebuah lorong kesulitpercayaan. Dalam gelap itu kurangkai sebuah syair.

---
'Segalanya kembali silam
'Ketika kau mengatakan tidak dengan nada menyayat
'Meluka dalam diamku
'Meradang dalam sakitku
'Tak akan pernah sedikit pun memori itu hilang
'Walau rumput tajam mengorek isi otakku

'Segalanya kembali silam
'Suara banyak tanya tiba dalam ungkapmu
'Kini diam serupa senjata
'Bergerak sedikit menghancur
'Bisa lebur dalam tanyamu
'Atau lingkaran tanyaku
---

Semalam dia bilang agar aku tak mengubah selera makan. Aku tersenyum, tapi tak yakin bisa. Katanya ada pesan-membuat penasaran-tentu saja, dan semakin menyulitkan pengembalian selera makan itu. Huh, makanan tiba-tiba penting juga begitu, pantas diomeli. Lucu.

Ketika kubaca pesan itu, tubuh ini tiba-tiba terpaku. Seperti luruh saja. Kurasa dia-seperti diriku-membutuhkan sebuah kepastian. Namun, aku tak tahu-seperti juga dia-kapan segalanya menjadi jelas.

Segalanya kembali silam.



0 Response to "Melankolis"

Posting Komentar