wah pemerintah makin menghambat perkembangan IT di Indonesia, pak menteri... tolong di catat dan coba lihat apa saja yang ada di youtube, tidak semua hal negatif bercokol disana, banyak hal yang baik dan bahkan dapat membantu kemajuan pendidikan di Indonesia, ingat pak !! IT di Indonesia itu "MAHAL", karena pemerintah tidak memiliki dana untuk kemajuan IT di negaranya sendiri, karena pemerintah hanya punya dana untuk mengenyangkan "orang-orang senayan" Satu lagi pak menteri... masyarakat Indonesia sudah cukup dewasa dalam menyikapi segala hal, tolong jangan main blokir saja, coba dengan pendekatan yang lebih baik. Sudah tidak jamannya membunuh satu tikus dengan membakar seluruh sarangnya, kuno pak... jika terus seperti ini, berarti pemerintah tidak pernah membiarkan dan percaya tingkat kedewasaan masyarakatnya... atau mungkin pemerintah tidak mau masyarakatnya dewasa, sehingga mudah untuk dibodohi ??!!!Ayo kita dateng berbondong2 untuk demo ttg pemblokiran ini....jangan mau enaknya doank pak....
Sepertinya kalimat ini tepat untuk menggambarkan keputusan Menkominfo yang meminta kepada segenap pengelola penyelenggara jasa internet untuk memblokir akses ke situs dan blog penyebar film Fitna seperti Youtube, My Space, Multiply, Metacafe dan Rapid Share.
Bagaimana tidak, gara-gara keputusan tersebut,masyarakat Indonesia jadi kehilangan akses untuk informasi dan aktifitas penting lain yang mencerdaskan. Tak terbayang betapa banyak masyarakat yang dirugikan.
Salah seorang guru pengguna layanan Indosat 3G, yang biasanya lancar mencari konten video sebagai materi bantu mengajarnya di sekolah, kini harus gigit jari.
Musisi-musisi indie yang membuat musik Indonesia lebih cerdas, harus menerima kenyataan pahit tidak bisa mempromosikan musiknya via jaringan komunitas musik My Space.
Blog-blog bermutu yang ditulis di multiply tak bisa diakses.
Ribuan cara membaca Al-quran yang baik tak lagi bisa di download di you tube.
Begitu juga pengetahuan tentang inisiasi ASI, cara meningkatkan hasil panen, dan ribuan konten bermutu lainnya.
Harus diakui, Fitna memang melukai hati banyak masyarakat muslim. Tapi Internet sebagai sebuah medium komunikasi dan informasi juga memiliki caranya sendiri dalam meredam sebuah pesan negatif.
Inilah yang disebut dengan wisdom of crowd. Dimana ada kubu pro, pasti juga ada kubu kontra. Pada akhirnya online user akan secara cerdas dan bijak menentukan mana informasi yang layak diserap dan mana yang harus dibuang.
Ngga usahlah jauh-jauh bicara Fitna, blog dengan konten yang cenderung tidak cerdas, provokatif dan menghasut pun akan ditinggalkan oleh pembacanya. Apalagi Fitna yang jelas-jelas telah disebut di semua media sebagai film yang hanya berniat menyulut pertikaian, penilaian sepihak tanpa didasari riset yang kuat dlsb. Bahkan Budiarto Shambazy dalam sebuah kolomnya di Kompas menjuluki Wilder sebagai 'Wong Edan Ora Kathokan', alias orang gila tanpa celana!
Pemblokiran sejumlah situs bukanlah solusi yang tepat, malah memancing terjadinya viral marketing. Sore tadi saja, saya melihat sejumlah pegawai membuka email yang isinya film tersebut.
Mari kita belajar wisdom of crowd. Mari belajar menghargai komunitas online yang sudah cukup dewasa untuk bisa membedakan mana yang patut diserap dan mana yang tidak.
Atau, kalau tak mau, kirim saja email ke pengelola YouTube agar mencabut film tersebut. Jika tak juga ditanggapi, minta saja agar para ISP Indonesia untuk memblokir videonya saja, bukan situsnya.
Membakar lumbung untuk membunuh seekor tikus, tidak pernah menjadi contoh pembelajaran yang cerdas.
Tabik!
Iim Fahima Jachja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Gara-gara Fitna, Rusak Susu Sebelanga."
Posting Komentar