Tontonan adegan striptease menjadi sajian rutin bagi pesta gila kaum borjuis. Dengan uang yang mereka miliki, mereka bisa bebas menyewa penari-penari telanjang yang menyemarakkan pestanya. "Kalau yang begini sih sudah nggak aneh lagi. Malam nanti juga kita akan ngadain pesta di Puncak, ikut yuk..., pasti seru," ajak Boni, salah seorang rekan kami.
Boni menyebut pesta kali ini akan lain daripada yang lain. Bukan hanya penari-penarinya melainkan juga tontonan film blue. "Tapi kali ini live dong...," serunya tertahan. Memang beragam cara orang berburu kesenangan dan hiburan, setelah bosan dengan penari-penari telanjang merekapun mencari hal lain yang lebih menantang.
Benar saja, malam itu Boni dan beberapa temannya datang memenuhi undangan kongkow-kongkow di sebuah vila di kawasan Puncak. Waktu merambat semakin malam namun atraksi 'luar biasa' yang digembar-gemborkan tak juga datang. Tim satulelaki hanya bisa menunggu sambil menikmati obrolan bersama mereka. Tepat jam satu malam, terdengar klakson mobil dibunyikan.
"Nah itu pasti mereka..," ujar salah satu dari kami sembari bergegas melongok ke jendela. Dari balik jendela nampak mobil kijang hitam memasuki halaman, tak lama seorang wanita turun dengan mengenakan pakaian ketat. Disusul oleh dua orang lainnya, hanya saja penumpang mobil yangterakhir turun adalah seorang lelaki. "Wah, kamu mau coba dengan lelaki?" tanya Boni berbisik ke telinga seorang temannya. Kontan, semuanya tertawa.
Tak berapa lama, atraksi yang ditunggu-tunggu akhirnya dimulai. Di depan kami, satu persatu para penari itu melenggak-lenggokkan tubuhnya dalam balutan busana transparan. Kami hanya berteriak-teriak gembira melihat atraksi privat striptease ini. Dan seperti sudah diduga sebelumnya, dengan gerakan erotis mereka menanggalkan pakaiannya satu persatu hingga tak ada sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya.
Tibalah saat menegangkan, sang penari lelaki naik panggung dengan hanya mengenakan underwear. Dengan gerakan sensual lelaki itu mendekati kedua penari wanita dan dimulailah adegan menegangkan itu. Kami hanya menahan nafas nyaris tak percaya dengan pemandangan film porno live ini. "Gila, dari mana lu dapetin mereka?" tanya satulelaki spontan.
Boni menerangkan bahwa pekerja seks tersebut disewanya dari seorang makelar seks yang juga memiliki sebuah diskotik di kawasan Gajah Mada, Jakarta. Untuk dua jam atraksi masing-masing mendapat bayaran Rp500 ribu. "Gue baru kasih uang mukanya dulu, sisanya nanti setelah atraksi selesai," jawabnya sambil matanya terus menatap tak berkedip.
Ketika satulelaki ingin bertanya lebih jauh, yang lain protes sambil menyilangkan jari di depan bibirnya, "Ssssttt jangan ribut dong....." [int]