MAJALAH wanita zaman sekarang giat mendidik pembacanya untuk asertif secara seksual. Bukan hanya memaparkan cara memanaskan hubungan cinta, lusinan majalah wanita juga menerangkan teknik bercinta lengkap dengan penyebutan organ-organ genital. Anehnya, revolusi ini menjalar ke televisi dengan begitu lamban. Baru setelah skandal seks Bill Clinton – Monica Lewinsky diperkarakan di muka Kongres Amerika pada 1998 dan keluar laporan kesaksiannya dalam sexually explicit language, teve mulai berani membicarakan seks dengan terbuka.
Sex and the City -- SaC, seri teve keluaran HBO yang mengumpulkan sejumlah penghargaan prestisius, tentulah tontonan paling hebat dalam melukiskan wanita sebagai makhluk seksual yang aktif. Sejak ditayangkan pada musim panas 1998, SaC menjelma jadi sensasi budaya pop, meski cuma disaksikan sekitar 2,7 juta pelanggan HBO. Empat wanita dalam seri yang disadur dari kolom asuhan Candace Bushnell di New York Observer ini mengobrolkan aneka masalah seks, termasuk selera bercinta yang paling aneh serta alat bantunya yang mencengangkan. "Kupikir kami sukses karena telah mengisi ruang yang lowong di teve," ulas Kim Cattrall, 45, salah satu pemerannya. "Kami menggarap lahan yang benar-benar segar," lanjut produser eksekutifnya, Michael Patric King.
Tentu saja angin segar ini bertiup akibat makin runcingnya kompetisi antara jaringan teve dan teve kabel serta antara teve kabel dan internet. Selain itu sistem rating bioskop yang tak bisa dilonggarkan membuat pembuat film beralih ke teve yang nyatanya lebih permisif. Keberhasilan SaC mengeksplorasi seks membuat cemas saingannya. Maka seri yang semula sopan seperti Ally McBeal berangsur-angsur genit. Sebuah episodenya bercerita tentang kursus patung yang diikuti Ally -- Calista Flockhart, dan seorang teman, lalu ada pria yang menanggalkan busananya untuk jadi model para peserta kursus. Sejenak kemudian Ally dan rekan tampak terperangah menyaksikan ukuran alat vital sang model yang di atas rata-rata. Wah!
Berikutnya lahir pula tontonan seksi seperti Undressed -- MTV; Girlfriends -- UPN; The View -- ABC; Leap of Faith -- NBC; Manchester Prep -- Fox; juga Single in the City -- Women’s Entertainment. Bahkan seri remaja dari Dawson’c Creek, Buffy the Vampire Slayer, sampai Felicity -- semuanya Warner Bros. makin kerap menggambarkan hubungan intim antara anak sekolah. "Remaja mana sih yang tak terobsesi dengan seks?" ucap Susanne Daniels, presiden entertainment Warner Bros. soal makin seksinya seri remaja yang dikeluarkan perusahaannya.
Bahkan hingga beberapa tahun lalu saat Melrose Place, 1992-1999, masih tayang, seks belum dipercakapkan segamblang sekarang. "Dulu untuk meloloskan dialog berisi sumpah serapah saja aku mesti bertengkar dulu dengan produser," kenang Darren Star, kreator Melrose Place. Sementara itu sembilan tahun lalu penonton Amerika protes ketika bagian belakang tubuh David Caruso disorot jelas di seri NYPD Blue. Kebebasan seperti yang dicontohkan SaC bukannya tanpa batas. Hingga kini teve kabel dan jaringan masih menabukan kata f*** dan adegan bugil frontal. HBO juga masih melarang penampakan alat vital pria, apapun alasannya. Selain ketiga hal itu, segalanya bisa dinegosiasikan.
Meski diyakini bisa digunakan untuk menjaring penonton muda, seks sebenarnya masih kerap dihindari para pengiklan. "Banyak pengiklan yang berpesan agar adegan seks dihilangkan kalau kami mau mereka membeli spot iklan," kata Bill Croasdale dari perusahaan media Western Initiative. Ketika seks begitu terbuka di teve, kesan soft porn pun muncul. King, produser SaC, tak hendak membela diri. Namun dia mau menggarisbawahi, adegan seks di SaC tak bakal disaksikan dari A sampai Z, melainkan cukup sampai membuat penonton bergairah.
Sukses menjual seks di teve, pengusaha hiburan kemudian mengadopsinya ke layar lebar. Lihatlah bagaimana agresifnya para wanita di Bridget Jones’s Diary, Kissing Jessica Stein, dan yang terbaru The Sweetest Thing. "SaC membuka pintu bagi wanita untuk berbicara sebagaimana mereka berbicara sebenar-benarnya," jelas Christina Applegate yang membintangi The Sweetest Thing bersama Cameron Diaz dan Selma Blair. Tara Reid yang main di American Pie, sebuah komedi seks vulgar, menyetujuinya. Dia bilang, "Para gadis membicarakan seks sesering pria melakukannya dan SaC menunjukkan bagaimana melakukannya dengan cara yang humoris.”
Ungkapan yang lebih ilmiah dikemukakan Kathleen Rowe Karlyn. Penulis buku The Unruly Women: Gender and Genres of Laughter yang mengajar studi film di University of Oregon ini berteori, "Wanita dengan kepercayaan diri untuk menjadi seksual dan jenaka adalah paket yang mengancam. Kualitas seperti ini biasanya diwujudkan dalam sosok yang sedikit jelek, seperti Roseanne, dan hampir tak pernah dalam sosok yang cantik."
Sementara sutradara John McKay yang film terbarunya berkisah soal wanita-wanita sukses usia 30-an dan 40-an yang tak didampingi pria mengungkapkan, "Lelaki merasa terancam berhadapan dengan wanita yang memiliki pengalaman seksual. Mereka juga terancam dengan wanita yang senang mencari pengalaman seksual tanpa dihalangi rantai komitmen." Benar juga. Tontonlah Chasing Amy, film awal Ben Affleck, yang memperlihatkan bagaimana pria tak sanggup bersisian dengan kekasih yang pengalaman seksualnya jauh lebih hebat, hingga terjadi hal menyakitkan bagi keduanya. Pantaslah bila wanita jarang digambarkan di teve atau film sebagai sosok yang lebih superior di atas ranjang.
Iris Cahn, kepala program film di Purchase College, SUNY, tidak sependapat. Di matanya, wanita yang agresif seperti tampak di beberapa film tak lebih untuk memuaskan fantasi pria. Cahn juga mengingatkan, Hollywood tak bakal sanggup melukiskan wanita yang benar-benar seksual. "Ada film berjudul Margarita Happy Hour yang menggambarkan tokoh utamanya bercinta di kamar mandi dan mencari uang dengan menggambar lukisna porno. Mungkinkah Hollywood mempromosikan tipe seksualitas seperti ini, bukannya yang ringan a la Britney Spears?” gugat Cahn.
Poin yang berbeda diajukan Billie Dziech, profesor di University of Cincinnati yang mengajar mata kuliah "Seks dan Peran Gender dalam Biologi". Dia yakin, wanita sejati tidak seseksual yang diperlihatkan The Sweetest Thing. "Sebagian besar riset membuktikan kalau pria, utamanya pria muda, terlibat dalam lebih banyak perilaku menjijikkan dan humor seks dan lebih sering berganti-ganti mitra seks," papar Dziech, mengutip survei yang dilakukan di UCLA. "Wanita yang bebas dalam seks tidak sesuai dengan stereotipe wanita muda yang menontonnya," tambahnya. Dziech khawatir, film-film seperti itu justru akan mengilhami mereka untuk bersikap “jorok”.
Cathy Konrad yang memproduseri The Sweetest Thing cuma tertawa mendengarnya. "Oh, please. Gadis yang di rambutnya melekat sperma -- maaf! -- seperti di There’s Something About Mary tidak melakukan apapun yang menjijikkan. Mereka hanya terkena hal yang menjijikkan,” ia memberi alasan.
Kembali ke layar kaca, pandangan wanita soal seks dan pria di seri teve disesalkan oleh beberapa pihak, di antaranya Dalton Ross dari Entertainment Weekly. Ross menulis, "Apakah wanita di program televisi masa kini kehilangan moral?" Dia lantas menyayangkan bagaimana Ally McBeal -- Ally McBeal, yang lebih memikirkan pria ketimbang kariernya di bidang hukum. Atau Carrie -- SaC yang bingung mau kembali ke pacar lama atau tidak. Atau Faith -- Leap of Faith, yang panas dingin dalam sebuah wawancara bisnis hanya karena berhadapan dengan pria yang imut-imut, lalu tidur dengan pria lain meski telah bertunangan. Mungkin juga, semua itu hanya fantasi para pria yang berdiri di belakang semua tontonan itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Seri TV Makin Berani Mengobrolkan Seks"
Posting Komentar