Perjalanan da'wah di Eropa dan Amerika
oleh Ida S Widajanti*
Penyebaran Islam ke Eropa Barat khususnya ke Andalusia (kini meliputi Spanyol dan Portugal), telah dilakukan kurang dari satu abad tepatnya 78 tahun setelah Rasulullah wafat, yaitu ketika terjadi penyebaran kekuasaan kekhalifahan Islam ke berbagai belahan dunia. Mengenali lebih jauh perjalanan Islam ke Eropa, berarti menapaki perjalanan sejarah yang cukup panjang.
Sebagai cermin intelektual, membuka sejarah berarti menghidupkan kembali berbagai peristiwa masa lalu baik berupa kemenangan yang mengagumkan maupun tragedi dramatis yang mungkin terasa menyakitkan. Perjalanan Islam di Spanyol, bermula dari kemenangan demi kemenangan, kemajuan peradaban yang pesat dan menakjubkan, kemudian berakhir dengan pembantaian dan pengusiran sama sekali komusitas Muslim.
Penaklukan Andalusia oleh bangsa Arab merupakan babak sejarah yang cemerlang. Bermula dari pendaratan pasukan Tariq bin Ziyad di sebuah bukit yang kemudian diberi nama Jabal Tariq (Gibraltar) tahun 711 M pada masa kekhalifahan Bani Umayyah. Selanjutnya serangan demi serangan mampu menaklukan hampir seluruh Semenanjung Iberia (Andalusia), yang ketika itu merupakan provinsi Kekaisaran Romawi.
Pada mulanya yang berkuasa di Andalusia adalah dinasti Abbasiyah. Abdurrahman I (756-788) berhasil merebut Andalusia dan mendirikan dinasti Umayyah baru. Abdurrahman kemudian dikenal dengan sebutan Ad-Dakhil yang berarti "sang Penakluk".
Di antara penguasa Bani Umayyah, yang paling terkenal dan paling besar adalah Abdurrahman III (912-1031). Ia merupakan penguasa Andalusia yang cakap. Pada masa pemerintahannya Andalusia dan ibukotanya Cordoba mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, sampai pada puncak kejayaannya. Ia berhasil menggali sumber daya manusia dan ekonomi tanah Spanyol sehingga menghasilkan kekayaan yang berlimpah ruah, pada saat Eropa masih mengalami kegelapan. Ia juga berhasil menciptakan kondisi yang tentram dan damai, dengan tingkat toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama yang berbeda.
Kejayaan Bani Umayyah di Andalusia selanjutnya berangsur-angsur memudar, munculah dinasti-dinasti kecil yang menyebabkan disintegrasi kekuatan Islam. Di lain pihak, kaum Nasrani berusaha bersatu untuk menghancurkan kerajaan Islam. Cordoba dapat dikuasai kaum Kristen pada tahun 1236. Pernikahan Ratu Izabela dari Castilia dan Raja Ferdinand dari Aragon memunculkan kekuatan dan melakukan penyerangan pada tahun 1469. Kerajaan Arab yang terakhir Bani Ahmar tak dapat bertahan, diserahkannya kunci kota Granada benteng terakhir kekhalifahan dan akhirnya ia memilih tanah Afrika sebagai tempat pembuangannya. Dengan demikian secara politik kekuatan Islam berakhir pada penghujung abad ke 15.
Setelah Kaum Kristen menguasai Andalusia, mulailah dilakukan gerakan Kristenisasi di Andalusia, padahal Islam telah bertahan selama 700 tahun. Para penduduk dipaksa kembali untuk menganut agama Kristen, semua semua literatur Arab dihanguskan. Pada tahun 1556, Raja Philip II membuat undang-undang agar kaum Muslimin yang tinggal di Andalusia membuang kepercayaan, bahasa, adat istiadat, dan cara hidupnya. Pada tahun 1609 Raja Philip III mengusir secara paksa semua penganut Islam keluar dari Andalusia, atau masuk Kristen. Dengan demikian sirnalah sisa-sisa penyebaran Islam ke Eropa, tinggal hanya sisa peninggalan bangunan yang kini telah berubah menjadi istana Kristen.
Dampak dari kehancuran kekhalifahan Islam di Andalusia masih terus berjejak hingga kini. Dendam kaum Nasrani dan penduduk Spanyol kepada kaum muslimin seakan tak terpuaskan. Meski telah berabad-abad berlalu, dendam itu belum sirna bahkan sangat mudah menjadi pemicu permasalahan. Dengan demikian, dendam sejarah mengakibatkan Islam sulit berkembang di wilayah ini.
Ke Eropa Timur
Gelombang penyebaran Islam selanjutnya yaitu pada masa kekhalifahan Turki Utsmani. Pada masa kejayaannya ini Kerajaan Turki meliputi tiga benua yaitu Eropa, Asia dan Afrika. Wilayah Eropa yang berhasil dikuasai yaitu Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Romawi. Prestasi yang paling spektakuler adalah menaklukkan kerajaan Byzantium yang telah berdiri 1000 tahun.
Kerajaan Turki Utsmani adalah dinasti Islam yang paling lama bertahan. Ia berkuasa selama 6 abad yaitu dari tahun 1300 sampai tahun 1922. Di samping itu kerajaan ini juga memiliki wilayah yang paling luas.
Pada periode kemajuan kerajaan Turki Utsmani, yang paling terlihat adalah kemajuan dalam bidang politik. Hampir setiap usaha memperluas wilayahnya, selalu berhasil, termasuk usaha merebut Konstantinopel. Kemenangan tersebut terus memacu ekspansi, sehingga pada tahun 1480 berhasil menaklukkan Maura, Albania, sampai perbatasan Bandukia dan Atranto.
Usaha penyebaran ke Eropa dilakukan pada masa Sultan Sulayman Al-Qanuni (1520-1566). Bulgaria, Austria, Yunani, Yugoslavia, Hongaria dan Rumania, merupakan negara-negara yang berhasil ditaklukkan di samping negara-negara lain di Asia dan Afrika. Pada masa inilah kerajaan Turki mengalami puncak kejayaannya tidak saja dalam hal politik melainkan juga bidang ekonomi dan pendidikan. Setelah itu ekspansi penyebaran wilayah terhenti dan kerajaan Utsmani mengalami kemunduran dan kehancuran.
Kehancuran Turki disebabkan terutama oleh bobroknya moral di kalangan penguasa dan pejabat, perang dan perluasan wilayah yang terus menerus sehingga mengabaikan kesejahteraan rakyat, ketidakberesan administrasi pemerintahan, dan tumbuhnya nasionalisme pada bangsa-bangsa yang dikuasai kerajaan Turki. Penyebab lainnya yang sering dibicarakan adalah gerakan Zionisme yang semakin kuat berpengaruh di kalangan rakyat.
Dengan demikian satu per satu negara-negara Eropa yang dikuasai Turki berhasil melepaskan diri, begitu pula wilayah-wilayah lainnya. Pada kondisi tersebut Turki dijuluki "The Sick Man of Europe" karena kondisinya yang makin parah. Akhirnya pada tahun 1922 Mustafa Kemal, panglima di Turki Selatan berhasil menghapuskan kesultanan dan memproklamirkan Republik Turki. Dengan demikian berakhirlah khilafah Turki Utsmani setelah lebih dari 6 abad.
Kini, Turki yang telah lebih dari 70 tahun menjalankan sekularisasi, sedang menghadapi kenyataan bahwa bagaimanapun Islam tak bisa dilenyapkan begitu saja. Islam kembali menjadi pilihan bagi sebagian besar rakyatnya. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya aktivitas di masjid-masjid dan mushalla. Demikian pula pembangunan masjid terus berjalan. Selain itu dukungan terhadap partai yang memperjuangkan aspirasi agamanya juga kian meningkat.
Di negara-negara Eropa Timur bekas wilayah Turki Utsmani, sangat disayangkan, Islam tidak begitu nampak jejaknya. Di negara-negara bekas Yugoslavia, muslim kebanyakan bukan orang kaya, melainkan pekerja rendahan atau pedesaan. Di Bosnia yang belum lama ini mengalami pembersihan etnis oleh Serbia- sebaliknya, muslim adalah kebanyakan kalangan cendekiawan. Akan tetapi kebanyakan dari mereka, sebagaimana pada umumnya di bekas Yugoslavia, tidak begitu berbeda dengan yang bukan muslim. Baik secara fisik maupun perilaku keseharian sama saja, karena ajaran Islam tidak banyak diamalkan dan jarang yang memakmurkan masjid.
Albania, merupakan negara yang memiliki fenomena berbeda. Mayoritas penduduknya, yaitu diatas, 70% beragama Islam. Selama setengah abad setelah kejatuhan Turki Utsmani, Albania dikuasai rezim Komunis, yang sangat represip terhadap penganut agama. Ratusan masjid ditutup dan sebagian dihancurkan.
Saat ini Albania sedang melakukan revitalisasi Islam. Bantuan dari negeri Timur Tengah banyak mengalir. Sebanyak 400 masjid baru didirikan. Albania saat ini merupakan satu-satunya negara anggota OKI yang berasal dari Eropa.
Di kebanyakan negara Eropa, Islam merupakan agama minoritas. Agama Islam hanya dianut oleh kaum imigran yang rata rata berstatus sebagai pekerja rendahan. Di samping itu berita mengenai Islam seringkali bernada miring.
Namun demikian belakangan ini ada fenomena yang memberikan harapan baru. Di negara-negara Eropa yang banyak didatangi pelajar muslim, nafas dakwah mulai terlihat. Mereka banyak mendirikan masjid dan Islamic Center.
Di Inggris saat ini terdapat lebih dari 800 masjid yang juga menyediakan madrasah dan telah berdiri pula sekolah dasar negeri Islam dan perguruan tinggi Islam. Di Negeri ini didirikan Parlemen Muslim yang tujuannya membangun jaringan berbagai lembaga agar masyarakat Muslim dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Fenomena unik lainnya yaitu berdiri Partai Islam Britain merupakan yang pertama di Eropa dan Amerika.
Di Itali 20 tahun yang lalu masjid pertama berdiri, karena sebelumnya hanya ada satu masjid di kota Roma. Selanjutnya perkembangannya cukup pesat. Saat ini telah berdiri 600 buah masjid sebagai pusat berbagai kegiatan.
Di Jerman Agama Islam agak sulit berkembang. Islam di negara ini cenderung dicurigai. Penganut Islam di negara ini hanyalah orang Turki yang berjumlah sekitar 5-6%, dan umumnya dibenci oleh warga Jerman. Masjid di Jerman umumnya hanya berbentuk rumah karena hingga saat ini Pemerintah Jerman tidak mengijinkan pendirian masjid.
Beberapa dengan Jerman meski berdekatan di Denmark, meski Islam tidak mendapat perlindungan dan bantuan dari pemerintah, tetapi pelarangan pendirian masjid tidak ada. Di sini para imigran sangat solid dan rajin berinfak untuk membangun masjid dan berbagai sarana untuk menghidupkan Islam. Hasilnya jumlah masjid kian bertambah.
Merenungi perjalanan Islam di Eropa sejak awal perkembangannya hingga kini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penyebaran Islam melalui pedang atau kekuasaan malah cenderung memunculkan dendam, bahkan mejadi bom waktu. Islam disebarkan dengan rahmat dan kasih sayang terbukti lebih, akan lebih memberikan harapan. Di Eropa, perjalanan dakwah memang tak mudah, karena stereotipe dan kesan buruk yang selama ini cenderung berakar. Islam selalu identik dengan warga Arab atau Timur Tengah yang ekstrim dan fundamentalis, dan sering melakukan teror.
Namun demikian dengan melihat geliat para mahasiswa dan para imigran, yang kian meramaikan kegiatan dakwah, hal ini memberi harapan baru akan tersebarnya Islam sebagai "rahmatan lil alamin".
Ke Amerika
Berbicara mengenai Islam di Amerika, tak bisa dilepaskan dari gerakan kaum yang dinamakan Black Muslims. Nama tersebut merupakan sebutan bagi para pengikut gerakan religius nasionalis orang-orang muslim Amerika berkulit hitam. Para anggota gerakan ini sebenarnya menolak sebutan Black Muslim. Organisasinya mempunyai nama "The Nation of Islam".
Gerakan tersebut, menggabungkan keyakinan-keyakinan agama Islam dengan kekuatan protes sosial untuk memperjuangkan hak-hak asasi mereka di negerinya sendiri yang didominasi oleh masyarakat kulit putih. Mayoritas warga berkulit hitam seringkali menerima penghinaan, penindasan, dan tindakan tak manusiawi dari warga kulit putih, yang berdampak terjadinya pemberontakan dan tindakan kriminal. Ajaran Islam kemudian disambut oleh mereka karena mengembalikan harga diri mereka. Hingga, konon rumah tahanan tempat penahanan kaum kulit hitam menjadi seperti pesantren.
Gerakan Islam di Amerika ini didirikan awal tahun 30 di Detroit oleh Wallace D. Fard (Wali Farad). Dalam waktu singkat, sejak kedatangannya di Detroit (1930) hingga menghilangnya (1934), ia berhasil menarik pengikut sebanyak 8 ribu orang. Ia dikenal dengan sebutan "Prophet Fard", "The Great Mahdi" atau "The Savior" (juru selamat).
Kemunculan Fard diyakini oleh pengikutnya adalah untuk melepaskan orang-orang ras kulit hitam dari "white devils" setan-setan berkulit putih yang telah memperbudak mereka. Sebagai pedoman, Farad menyusun buku, selain itu kemudian mendirikan universitas. membuat training khusus untuk putri, membentuk kepanduan, dan mengajarkan bela diri bagi para remaja.
Setelah Wali Farad menghilang, muncul Elijah Muhammad sebagai pengganti. Ia memimpin gerakan ini selama 41 tahun (1934-1975). Di bawah pimpinan Elijah gerakan ini berkembang pesat ke seluruh Amerika. Di Chicago ia mendirikan masjid dan memusatkan seluruh kegiatan gerakan tersebut. Ia banyak mendirikan sekolah, perusahaan penerbitan, restoran-restoran, dan beberapa buah toko buku, untuk membiayai gerakannya dan meningkatkan taraf hidup pengikutnya. Elijah Muhammad menginginkan pemisahan antara masyarakat kulit hitam dan membentuk negara atau teritorial. Ia dikenal sebagai orang yang anti intergrasi antar ras.
Tokoh penting gerakan Black Muslims diantaranya adalah Malcom X (nama Muslimnya H. Malik el-Sabazz), ia mengikuti gerakan ini ketika berada dalam penjara. Keluar dari penjara ia menjadi juru bicara gerakan Black Muslims, dan dipercaya sebagai tangan kanan Elijah Muhammad. Melalui pidato dan tulisannya, ia banyak menarik pengikut dan penganut ajaran Black Muslims.
Tahun 1964 ia meninggalkan gerakan ini, dan mengubah keyakinannya pada paham Islam tradisional, kemudian membentuk gerakan tandingan yang disebut "The Organization of Afro American Unity" yang bertujuan untuk menyatukan rakyat kulit hitam seluruh dunia. Malcom X terbunuh tahun 1965, ketika organisasinya baru dirintis.
Tokoh lain gerakan ini adalah Muhammad Ali juara dunia tinju kelas berat. Ia meninggalkan ring tinju kemudian bergerak dalam dakwah dan banyak mendanai berbagi kegiatan, termasuk pendirian sekolah dan masjid-masjid.
Pada tahun 1975 Elijah Muhammad meninggal duni. Penggantinya adalah putra kelimanya yaitu Warith Deen Muhammad. Untuk menghilangkan tuduhan menyimpang pada gerakan ini, Warith banyak melakukan perubahan radikal. Dalam hal ini termasuk penggantian nama rasul atau nabi pada pimpinannya. Hal ini dilakukan agar gerakan ini dekat dengan masyarakat muslim lain.
Warith mengubah nama gerakan ini menjadi "The World Community of Islam in the West", dan diubah lagi menjadi "The American Muslim Mission". Ia menganjurkan penyatuan religius muslim sedunia.
Hingga kini pusat kegiatan gerakan tersebut masih di Chicago. Jumlah pengikutnya hampir mencapai 500 ribu, pada akhir tahun 1991. Mereka memiliki 132 masjid, Islamic center, sekolah-sekolah dan berbagai kegiatan bisnis.
* Penulis adalah staf pengajar di Politeknik ITB
[http://www.hidayatullah.com/2001/05/artikel2.shtml]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Antara Kemenangan dan Tragedi"
Posting Komentar