POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

Keutamaan Orang yang Mengetahui dan Mengajar

Diposting oleh Masakan On 22.59
Pendahuluan
Ada banyak sekali perumpamaan. Namun tidak semua perumpamaan itu mengena terhadap apa yang
diumpamakan. Lain halnya jika perumpamaan itu berasal dari Kitabullah dan sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi was sallam. Darinya manusia yang masih bernurani dan berakal akan bisa
mengambil banyak sekali manfaat. Diantaranya adalah sebagaimana apa yang telah diriwayatkan oleh
Imam Bukhori berikut :

Hadits nomor 79 (yang artinya)
Dari Abi Musa Radhiallahu Anhu, katanya Nabi Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Perumpamaan
petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang oleh karena itu Allah mengutus aku untuk menyampaikanya,
seperti hujan lebat jatuh ke bumi; bumi itu ada yang subur, menyerap air, menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput yang banyak. Ada pula yang keras tidak menyerap air sehingga
tergenang, maka Allah memberi manfaat dengan hal itu kepada manusia. Mereka dapat minum dan
memberi minum (binatang ternak dan sebagainya), dan untuk bercocok tanam. Ada pula hujan yang
jatuh kebagian lain, yaitu di atas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan
rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama, yang mau memanfaatkan sesuatu yang oleh
karena itu Allah mengutus aku menyampaikannya, dipelajarinya dan diajarkannya. Begitu pula
perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah, yang aku
diutus untuk menyampaikannya."Abu Abdillah berkata, bahwa Ishaq berkata," Dan ada diantara bagian
bumi yang digenangi air, tapi tidak menyerap."

Kandungan Hadits
Tentang hadits diatas, setelah memaparkan keterangan yang menjelaskan hadits diatas dari segi
bahasa (arab), Ibnu Hajar Al-Asqalani -penulis kitab fikih (klasik) Bulughul Maram- dalam kitabnya
Fathul Bari, menjelaskan :

Al Qurtubi dan yang lainnya mengatakan bahwa Rasulullah ketika datang membawa ajaran agama, beliau
mengumpamakannya dengan hujan yang diperlukan ketika mereka membutuhkannya. Demikianlah kondisi
manusia sebelum Rasulullah diutus. Seperti hujan menghidupkan tanah yang mati, demikian pula ilmu
agama dapat menghidupkan hati yang mati.

Kemudian beliau mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama dengan berbagai macam tanah yang
terkena air hujan, diantara mereka adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajar. Orang
ini seperti tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian
tanah tersebut dapat menumbuhan tumbuh-tumbuhan sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain.

Diantara mereka ada juga orang yang menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu namun dia tidak
mengerjakan, akan tetapi dia mengejarkannya untuk orang lain, maka bagaikan tanah yang tergenangi
air sehingga manusia dapat memanfaatkannya. Orang inilah yang diindikasikan dalam sabda beliau,
"Allah memperindah seseorang yang mendengar perkataan-perkataanku dan dia mengerjakannya seperti
yang dia dengar." Diantara mereka juga ada yang mendengar ilmu namun tidak menghafal atau
menjaganya serta mengamalkannya dan tidak pula mengajarkannya kepada orang lain, maka dia seperti
tanah yang tidak dapat menerima air sehingga merusak tanah yang ada di sekelilignya.

Dikumpulkannya perumpamaan bagian pertama dan kedua, adalah karena keduanya sama-sama bermanfaat.
Sedangkan dipisahkannya bagian ketiga, karena tercela dan tidak bermanfaat.

Kemudian dalam setiap perumpamaan terdiri dari dua kelompok. Perumpamaan pertama telah kita
jelaskan tadi, sedang perumpamaan kedua, bagian pertamanya adalah orang yang masuk agama (Islam)
namun tidak mendengarkan ilmu atau mendengarkan tapi tidak mengamalkan dan tidak mengajarkannya.
Kelompok ini diumpamakan Nabi Shallallahu Alaihi was Sallam dalam sabdanya, "Orang yang tidak mau
memikirkan" atau dia berpaling dari ilmu sehingga dia tidak bisa memanfaatkannya dan tidak pula
dapat memberi manfaat kepada orang lain.

Adapun bagian kedua adalah orang yang sama sekali tidak memeluk agama, bahkan telah disampaikan
kepadanya pengetahuan tentang agama Islam, tapi dia mengingkari dan kufur kepadanya. Kelompok ini
diumpamakan dengan tanah datar yang keras, dimana air mengalir diatasnya tapi tidak dapat
memanfaatkannya. Hal ini diisyaratkan dengan perkataan beliau, "Dan tidak perduli dengan petunjuk
Allah".

Ath-Thibi mengatakan, "Manusia terbagi menjadi dua. Pertama, manusia yang memanfaatkan ilmu untuk
dirinya namun tidak mengajarkan kepada orang lain. Kedua, manusia yang tidak memanfaatkan untuk
dirinya, tapi dia mengajarkan kepada orang lain. Menurut saya kategori pertama masuk dalam
kelompok pertama, karena secara umum manfaatnya ada walaupun tingkatnya berbeda. Begitu pula
dengan tanaman yang tumbuh, diantaranya ada yang subur dan memberi manfaat kepada manusia dan ada
juga yang kering. Adapun kategori kedua walaupun dia mengerjakan hal-hal yang wajib dan
meninggalkan yang sunnah, sebenarnya dia termasuk dalam kelompok kedua seperti yang telah kita
jelaskan; dan seandainya dia meninggalkan hal-hal wajib maka dia adalah orang fasik dan kita tidak
boleh mengambil ilmu darinya. Orang semacam ini termasuk dalam, man lam yar fa' bi dzalika ro san.
Wallahu a'lam"

Penutup
Dari uraian diatas, mari kita berkaca pada pribadi masing-masing. Termasuk dalam kelompok manakah
kita ; kelompok tanah yang menyerap air sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian
tanah tersebut dapat menumbuhan tumbuh-tumbuhan sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain,
ataukah kelompok tanah yang yang tidak dapat menerima air sehingga merusak tanah yang ada di
sekelilingnya? Semoga Allah memudahkan jalan kebaikan dan (kemudian) menempuhnya untuk yang telah
menulis dan membaca tulisan ini, Amin.


----------------
dinukil dari kitab Fathul Bari (penjelasan kitab Shahih Al Bukari) karya Ibnu Hajar Al Asqalani
(terjemahan) penerbit Pustaka Azzam , halaman 336-339.

0 Response to "Keutamaan Orang yang Mengetahui dan Mengajar"

Posting Komentar

    Blog Archive

    About Me