Sejarah Gereja Kristen pada abad 10 - 14 diwarnai dengan sebuah 'Proyek Salib' yang lazim dikenal sebagai Perang Salib. Warna khusus proyek salib ini memberi dampak tertentu dalam sejarah Gereja Kristen. Sebelum meninjau dampak proyek salib ini, kiranya perlu dilihat konteks perkembangan Gereja pada masa itu yang memuat unsur penyebab kemunculan Proyek Salib.
Gereja Kristen pada masa ini sedang di ambang perpecahan. Antara Gereja Timur dan Barat terjadi perselisihan khususnya menyangkut kedudukan paus di Roma. Sementara itu, teologi Gereja khususnya yang berhubungan dengan Sakramen Rekonsiliasi mengajarkan bahwa sakramen itu mengampuni dosa berat dan hukuman yang bersifat abadi di neraka, tetapi masih meninggalkan hukuman yang bersifat sementara di dalam api penyucian. Hukuman yang bersifat sementara itu dihapuskan berkat pahala Kristus beserta orang suci melalui indulgensi yang diberikan Gereja. Pada masa itu, indulgensi diberikan kepada orang yang mengikuti Proyek Salib. Jadi, dalam konteks spiritualitas Kristen, Proyek Salib menjadi decumanus fluctus in the surge of religious revival dan orang termotivasi untuk melihat Proyek Salib sebagai novum salutis genus, a new path to heaven.
Selain itu, Gereja sedang mengalami ancaman dari pihak Islam. Pada masa itu agama Islam sedang berkembang dengan pesat. Banyak anggota Gereja yang pindah ke Islam dan orang Barbar banyak yang masuk ke dalamnya. Hal ini cukup mengancam keberadaan Gereja dan membuatnya menjadi begitu peka, dan cepat bereaksi terhadap apa yang dapat mengganggunya. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa Proyek Salib bukan pertama-tama perang melawan Islam, melainkan usaha merebut kembali tanah suci dari orang yang menghalangi kebebasan ibadah orang Kristen. Situasi gereja seperti itu memungkinkan terjadinya Proyek Salib. Apalagi, ketika Kaisar Alexius I meminta bantuan para pangeran di Eropa Barat untuk berperang melawan orang Turki Seljuk, Paus Urbanus II sangat mendukungnya sekalipun dengan tujuan untuk dapat mempersatukan Gereja kembali.
DAMPAK PROYEK SALIB BAGI GEREJA (TIMUR DAN BARAT)
Secara umum dapat dikatakan Proyek Salib ini menjadikan Yerusalem sebagai tempat pertemuan dua peradaban yang berbeda. Berikut ini terlihat dampak Proyek Salib itu bagi Gereja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
DAMPAK POSITIF
1. Munculnya ordo-ordo Ksatria, seperti Ordo St. Yohanes (Yerusalem, 1099), Ordo Templir (1118), Ordo Jerman (Order of The Teutonic Knights).
2. Tampak kerelaan untuk bersama-sama mengalami tantangan-tantangan dan penderitaan berat demi tujuan yang luhur.
3. Khusus di Gereja Barat, terjadi perkenalan dengan wilayah tempat Yesus pernah hidup sehingga dalam rangka kehidupan rohani, devosi, doa dan kontemplasi, maupun dalam kesenian religius (seni lukis dan pahat), minat akan hidup Yesus yang miskin, yang ditandai sengsara, mulai menggantikan pandangan tentang Yesus yang sudah meraja dalam kemuliaan-Nya.
4. Orang Barat dapat mengenal orang Islam dari dekat, dan menyaksikan bahwa mereka manusia yang beradab dan bahwa ada kemungkinan untuk hidup berdampingan dengan mereka.
5. Untuk kehidupan masyarakat Eropa pada umumnya, produk ide dan istilah Arab dibawa pulang sehingga ilmu pengetahuan seperti ilmu bumi diperluas. Lalu, terjadi kemajuan di sektor industri dan perniagaan internasional, pasar lokal menjadi maju, karena rempah-rempah yang dibawa pejuang salib; desa dan kota semakin makmur.
DAMPAK NEGATIF
1. Terjadi pergeseran motivasi perang dari motivasi religius ke duniawi.
2. Anak-anak ikut terlibat dan menjadi korban Proyek Salib (anak-anak). Ada yang gugur dan ada yang ‘diperjualbelikan’ (bukan dari Paus Innoccentius III).
Yang memperuncing pemisahan:
3. Perintis Proyek Salib dari Barat ialah orang-orang yang tidak berdisiplin sehingga menimbulkan rasa enggan dari lingkungan Gereja Timur.
4. Setelah merebut Yerusalem, pihak Barat kurang memperhitungkan Gereja Kristen Timur, dengan memberikan ‘Kerajaan Yerusalem’ di bawah pangeran-pangeran Barat dan mendirikan hirarki Gereja Latin, di bawah batrik Yerusalem, disusul Antiokhia dan kemudian Iskandaria.
5. Terjadi perselisihan di antara tentara-tentara Barat karena kepentingan politik dan perdagangan yang menyebabkan prajurit Konstantinopel tidak suka bergabung dengan mereka.
6. Prajurit Barat menyerang Konstantinopel. Kekayaan negara dan Gereja dibawa ke Barat.
Kiranya Proyek Salib ini dengan segala dampaknya menjadi pengalaman Gereja yang sangat berharga. Mungkin memang Proyek Salib menjadi contoh bagaimana Gereja mengambil keputusan yang tampak kontroversial dan kurang matang (ditinjau dari masa kini) dan masa ini juga dapat dijadikan contoh sebagai masa yang cukup buruk bagi Gereja. Meskipun demikian, dengan terang ilahi dapat dilihat bahwa ada banyak rahmat yang diterima Gereja selama masa waktu itu.
Peristiwa yang tampaknya konyol itu toh menjadi bagian dari perjalanan seluruh Gereja Kristen. Meskipun demikian, sisi terang pun tetap menyertai dinamika Gereja. Bukan pertama-tama sebagai suatu dampak positif, melainkan sebagai indikasi adanya blessing in disguise bahwa dalam kekalutan yang ada justru muncul tokoh-tokoh yang memelopori berkembangnya semangat transkultural, yang mendorong umat untuk mencari kebenaran sejati. Tidaklah mengherankan bahwa sekalipun Proyek Salib dipandang konyol, tidak masuk akal (karena menyerukan nama Tuhan untuk membunuh orang) toh ada yang mencari jalan alternatif yang lebih mencerminkan karya Tuhan yang mahabijak.
Pertemuan dan pertukaran kebudayaan yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan memang menjadi unsur positif selama Proyek Salib itu terjadi. Di samping itu, tidak dapat diabaikan bahwa jalan alternatif dibuat juga oleh mereka yang terdorong oleh cinta yang berkobar kepada Tuhan (misalnya St. Fransiskus berkotbah di depan Sultan El Kamil Melekh, 1219). Dengan demikian dapat diyakinkan bahwa dengan seluruh keadaan, seburuk apa pun, ‘Allah orang-orang Kristen’ tetap hadir dan ternyata dapat ditangkap oleh umat-Nya meskipun memang tidak semua peka terhadap hal ini.
Rujukan:
1. Stolk, H. Diktat Kuliah Sakrap, STF Driyarkara.
2. -------, Encyclopedia Britannica
3. Scotch la Tourche, Keneth. A History of Christianity.
4. Heuken, A. Ensiklopedi Gereja.
5. Van Schie, G. Rangkuman Sejarah Gereja Kristiani dalam Konteks Sejarah Agama-Agama Lain.
6. Comby, I. How to Read The History of Church. Bagian I.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Proyek Salib"
Posting Komentar