By : Islamuda.com
Remaja seumuran Emen dihinggapi pubertas adalah suatu hal yang wajar. Mulai memikirkan enak nggak enaknya sekedar ngobrol dengan kaum hawa. Atau bahkan berhubungan yang lebih serius dengan mereka. Wah, kalo untuk yang satu ini, Si Emen kayaknya harus berpikir panjang kali lebar kali tinggi, sehingga ketemu luasnya pemikiran tentang itu.
Kalo dihitung-hitung emang nggak ada ruginya khan mencoba untuk menyunting seorang gadis. Tapi jangan salah, Emen sudah barang pasti nggak mau ngelakuin yang namanya pacaran. Sebab, selain Emen tahu adzab dari Allah bagi yang melakukannya, Emen juga ngeh, kalo hidup diisi dengan pacaran, artinya hidup dalam kepura-puraan. Payah khan, kalo tiap hari kita musti berbohong tentang diri kita dihadapan pacar kita.
Emen ngambil ibrah dari kasus yang dialamin tetangganya, si Sahrul Gunaguna. Sahrul emang terbilang cowok paling keren di kampungnya, nggak salah kalo dia diidolain ama remaja puteri yang aktif di pengajian. Sayang sejuta sayang, dia harus koit dihantam AIDS, sebab pacarnya Monica Omar Bakrie yang bapaknya Israel, ibunya Amerika itu ternyata pengidap HIV.
Yo?..kembali ke kisah si Emen tadi. Niatnya untuk mencari pendamping hidup-mati udah keburu bulat, jadi nggak bisa dibuat segitiga atau persegi panjang. Artinya, siapa ceweknya, rumahnya dimana, orang tuanya gimana, berapa usianya, semua info dari intelejen jodoh udah akurat ia dapatkan.
Hari ke hari, minggu ke minggu, akhirnya sampe juga hari buat nyampein perasaan hatinya. Hari itu hari Minggu, kebetulan pas ada acara Tabligh di Masjid Raya. Di sela-sela ramainya jamaah yang menghadiri, Emen yang dari rumah udah mempersiapkan sepucuk surat, resah dan gelisah. Sampe ada semut merah yang berbaris di dinding, menatap curiga seakan penuh tanya ?sedang apa disini??..lho??koq?
Sambil menunggu, Emen coba bayangin apa reaksi akhwat?sebutan untuk cewek aktivis yang berkerudung dan berjilbab?kalo menerima suratnya. Sontak bayangannya buyar, karena yang dibayangkan ternyata sudah ada didepannya sambil ditemani temannya.
?Ini proposal yang ukhti pesen, udah saya bikin bersama surat permohonan. Dan saya juga dapat titipan surat dari someone khusus buat ukhti Siti? kata Emen, sambil menyodorkan proposal beserta suratnya.
Perasaan lega, plong dan mungkin juga deg-deg plas menggelanyuti si Emen. Sepulang dari masjid hingga H+ 7, aliran darah Emen terasa berhenti, mulut terasa terkunci. Apakah ini namanya cinta? Wallahu?alam
Akhirnya?.Tit, tit?tit, SMS diterima: ?srt dr akhi, dah sy jwb di email, from Siti Nurhayati?. Tanpa pikir panjang, dibukanya email, dan isinya:?
Jawaban atas sebuah risalah: Saudaraku, aku sangat mengerti perasaan kamu. Tapi aku berharap kamu juga harus ngerti perasaan aku. Sebab aku sedang belajar memahami perasaan lelaki dari negeri jiran, yang kebetulan teman satu kantor ayahku disana. Emang kami baru tahap ta?aruf (perkenalan, red). Tapi sebagai wanita dan calon isteri, tentu aku ingin kepastian kelangsungan hidup masa depan, dengan hidup serba berkecukupan. Meski siti tahu calon suami siti orang yang seumuran paman siti dan bukan orang yang satu harokah (kelompok/jamaah, red) sama kita. Tapi jodoh khan gak, ngeliat umur dan harokah, khan? Lagian, ayah Siti banyak berhutang budi pada ayahnya dia selama di Malaysia. Maafkan, Siti kalo ternyata menyakiti hati kamu. Tapi siti juga nggak mau menyakiti hati ortu Siti. Afwan. Wassalam??
Gleg..!!! Kali ini rasanya bukan hanya saja darah yang berhenti mengalir, tapi rasanya jantung ikut berhenti berdetak. Emen?., benar-benar tidak kuasa menahan rasa kecewa. Buat Siti Nurhayati, Emen hanya bisa berharap, ?smoga kamu bisa bahagia dengan calon suami pilihan orang tuamu?. Emen tetep yakin bahwa jodoh di tangan Allah, dan nggak musti didapatin lewat pacaran, seperti layaknya remaja sekarang. Yang katanya cinta, padahal nafsu yang bicara.
Sumpah, baru kali ini, keliatan ekspresi wajah Emen kalo sedih. Tapi kesedihannya segera berlalu, sebab dia harus melakukan tugas utamanya, apalagi kalo bukan melayani umat dengan dakwah. Soal jodoh? Ah?tunggu episode berikutnya. Perjuangan belum berakhir, Men. Biarlah nggak dapat Siti Nurhayati, asal dapat Siti Nurhaliza.Eleh-eleh...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Sepenggal Kisah Emen"
Posting Komentar