POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

POST-TITLE-HERE

Posted by Author On Month - Day - Year

POST-SUMMARY-HERE

SMS Doa

Diposting oleh Masakan On 22.31
Hari Sabtu, Dunia Fantasi. Saya berdua sahabat perempuan saya baru saja turun dari wahana perahu ayun bernama Kora-Kora. Tiba-tiba saya merasa sangat pusing dan mual. “Hei…hei…hei…what’s this?’ seru saya dalam hati pada diri sendiri. Lucu rasanya, padahal setahun sebelumnya saya sudah mencoba wahana ini dan baik-baik saja. Bahkan tadi, saya jauh lebih menikmatinya alih-laih ketakutan seperti beberapa pengunjung lain yang mencoba wahana yang sama.

Tapi mungkin sebenarnya saya memang tidak tahan terhadap hal-hal seperti ini, atau barangkali karena tadi pagi tidak sarapan dengan baik. Atau mungkin,
bandana yang saya kenakan agar rambut tidak menyelip keluar jilbab terlalu kuat, sehingga menghambat peredaran darah ke kepala. Apa pun itu, yang pasti isi perut saya makin tidak kompromi. “Kayaknya kita perlu istirahat, deh. Kepalaku pusing,” usul saya kepada si sahabat. “Sekalian shalat dhuhur.”

Teman saya mengangguk dan kami pun berjalan menuju mushalla. Di perjalanan, kami menemukan sebuah counter es krim. Haha! “Bagaimana kalau kita beli es krim dulu?” Kami pun sepakat membeli es krim dan kemudian menikmatinya sambil menonton orang-orang yang menaiki wahana kicir-kicir (seperti tangan raksasa yang jari-jarinya akan membolak-balikkan orang-orang yang ‘dicengkeramnya’), wahana yang menurut saya paling menantang dan saya bahkan tidak berani mencobanya.

Istirahat dan makan es krim ternyata belum membuat saya merasa lebih baik. Padahal biasanya es krim adalah makanan yang paling dapat meredakan stress saya atau kondisi fisik yang kurang sehat. Saat berjalan menuju tempat wudhu, saya merasa desakan dalam perut makin kuat. Sambil berusaha tetap tenang saya menuju kamar mandi dan mengeluarkan sebagian isi perut di sana. Cukup lama sebelum saya merasa cukup nyaman. Setelah mengambil air wudhu, saya menuju mushalla. Teman yang sudah selesai shalat dzuhur menatap saya dengan pandangan bertanya-tanya.

“Maaf, agak lama. Aku perlu mengeluarkan isi perutku dulu,” kata saya sambil nyengir.

“Are you ok? You look pale. Mbak mau kita pulang sekarang? Apa perlu ke dokter? Minum obat?” berondongnya panik.

“Not that bad. It’s ok. I’m fine,” saya menenangkannya sambil tetap nyengir. “Istirahat, minum dan makan yang segar-segar cukuplah,” kata saya lagi sambil menunjuk buah apel dan pir bekal kami dari rumah.

“Oh, baik kalau begitu,” katanya sambil mengeluarkan ponsel. “Aku akan sms teman-teman agar mengirimkan doa untukmu agar cepat sembuh,” ucapnya serius. Dia langsung sibuk mengetik di layar HP-nya.

Saya hanya memandangnya heran. Meminta teman-teman mengirim doa? Tidakkah itu terlalu berlebihan? Saya hanya merasa pusing dan mual sedikit, dan saya terbiasa mengalami hal tersebut jika menaiki kendaraan tertentu atau apa saja yang berayun dan berputar. Istirahat sejenak akan membuat saya sembuh. Tapi saya membiarkan saja dia mengirim sms pada teman-temannya.
Tak berapa lama kemudian, untaian doa-doa kesembuhan yang dikirim lewat sms datang beruntun. Bahkan ada yang menelepon. Menyembuhkan atau tidak, tapi saya senang mendapat banyak sms dan telepon doa. Tapi beberapa saat kemudian saya takjub. Saya merasa tiba-tiba jauh lebih baik. ”That’s how prayer works!” kata teman saya seraya tersenyum.

***

Kejadian itu mengingatkan saya pada sesuatu. Sms do’a berantai dari teman-teman. Biasanya berisi doa untuk Palestina dan doa-doa untuk kaum muslim yang tengah dilanda bencana. Tapi selama ini, sms berantai itu hanya berhenti pada saya karena saya tak pernah meneruskannya. Menurut saya sms itu tidak terlalu penting bagi saya. Karena saya memang akan berdoa dengan atau tanpa sms itu. Maka saya juga tidak pernah meneruskan sms itu pada yang lainnya. Saya tahu bahwa doa adalah senjata terbesar kaum muslim, tetapi saya tak pernah terlalu berpikir bahwa menyebar dan meneruskan sms doa itu akan berarti banyak.

Namun, kejadian hari itu memberi saya jawaban logis bahwa sms itu memang benar berarti banyak. Tentu bukan smsnya yang kemudian menjadi kekuatan doa, namun sms itu telah menjadi sarana pemberitahuan, penggalangan doa terhadap banyak orang. Mungkin saja, orang lupa mendoakan orang lain jika tidak dingatkan. Atau bahkan tidak tahu jika tidak diberitahu Dan sms doa itu minimal akan mengingatkannya untuk berdoa, bahkan sekaligus memberikan tuntunan doa.

Dapat dibayangkan, kalau saja setiap orang yang dikirimi sms doa langsung mengamalkannya dan menyebarkannya kembali pada orang lain, berapa banyak doa yang terangkat ke langit pada waktu bersamaan? Maka InsyaAllah, itu benar-benar akan menjadi kekuatan doa yang maha dahsyat. (@azimah)

0 Response to "SMS Doa"

Posting Komentar

    Blog Archive

    About Me